Orang Tua Didorong Tekankan Pendidikan Karakter
Orang tua didorong menanamkan pendidikan yang menitikberatkan pembentukan karakter sejak dini di lingkungan keluarga. Sebab, keluarga merupakan institusi terpenting di luar lembaga pendidikan formal. Menurut Wakil Menteri Pendidikan Nasional, Fasli Djalal, pendidikan karakter saat ini sangat penting sebagai reaksi kesadaran atas krisis multidimensi yang melanda Tanah Air.
”Persoalan-persoalan bangsa mempengaruhi proses pendidikan Nasional,” ujar dia dalam acara tadarus kebangsaan Ramadhan 1431 H yang diselenggarakan oleh Maarif Institute dengan tema : ”Reorientasi Nasionalisme Kita : Berharap Pada Pendidikan Karakter, Mungkinkah? di Jakarta, Rabu (18/8) Petang.
Fasli menjelaskan, selain keluarga kegagalan pendidikan di Indonesia tidak hanya terdapat pada lembaga formal. Akan tetapi, lingkungan masyarakat ikut andil menyebabkan proses pendidikan terhambat. Nilai-nilai luhur yang diajarkan di lembaga pendidikan dimentahkan oleh fenomena masyarakat yang bertolak belakang. Dia mencontohkan, ajaran bersikap jujur bertindak dan berucap dimentahkan dengan maraknya kasus korupsi dan mafia hukum di Indonesia.
Oleh karena itu yang paling penting, ungkap Fasli, perlu kerjasama sinergis antarberbagai elemen untuk mendukung penanaman karakter mulai dari keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat. Selain itu, nilai-nilai tentang kehidupan itu tidak cukup diajarkan saja akan tetapi harus dilaksanakan dalam kehidupan keseharian. ”Jika disinkronkan maka pendidikan akan berdampak positif,”ujar dia.
Pendiri Indonesia Heritage Foundation (IHF), Ratna Megawangi, menuturkan unsur terpenting dalam pendidikan karakter adalah mengalirkan nilai-nilai menjadi perilaku yang konsisten diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan karakter harus melibatkan perasaan murid agar nurani, empati, dan simpati anak didik terbentuk. Dan, lingkungan sekolah harus dikondisikan untuk membangun karakter yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan psikologi anak.
Ratna mengatakan, masa yang paling tepat menanamkan pendidikan karakter adalah usia dini. Meski demikian, diantara tantangan yang paling sulit ialah minimnya kesadaran baik dari pihak guru ataupun orangtua itu sendiri. Oleh karena itu, perlu pembekalan dan pemberian wawasan yang cukup tentang urgensi dan manfaat pendidikan karakter kepada guru dan orangtua.” Internalisasi inilah yang membuat citra lebih positif di mata dunia,”ucap dia optimis.
Pakar Psikologi Sosial, Yayah Khisbiyah, mengemukakan pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat seperti integritas yang lemah, menipisnya kebanggaan dan harga diri sebagai bangsa, kurang menghormati perbedaan, dan hilangnya kasih sayang antarsesama.
Pendidikan tersebut, tutur Yayah, harus mampu menggabungkan dua unsur penting yaitu unsur normatif dan implementasi. Disamping itu, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan pengembangan karakter. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa mampu menyiapkan warga negara yang terlibat, kritis, dan mampu memberikan konstribusi ke negara.”Upaya ini juga harus didukung polecy dan kebijakan konstruktif dari pemerintah,” kata dia.
sumber: Republika.co.id
”Persoalan-persoalan bangsa mempengaruhi proses pendidikan Nasional,” ujar dia dalam acara tadarus kebangsaan Ramadhan 1431 H yang diselenggarakan oleh Maarif Institute dengan tema : ”Reorientasi Nasionalisme Kita : Berharap Pada Pendidikan Karakter, Mungkinkah? di Jakarta, Rabu (18/8) Petang.
Fasli menjelaskan, selain keluarga kegagalan pendidikan di Indonesia tidak hanya terdapat pada lembaga formal. Akan tetapi, lingkungan masyarakat ikut andil menyebabkan proses pendidikan terhambat. Nilai-nilai luhur yang diajarkan di lembaga pendidikan dimentahkan oleh fenomena masyarakat yang bertolak belakang. Dia mencontohkan, ajaran bersikap jujur bertindak dan berucap dimentahkan dengan maraknya kasus korupsi dan mafia hukum di Indonesia.
Oleh karena itu yang paling penting, ungkap Fasli, perlu kerjasama sinergis antarberbagai elemen untuk mendukung penanaman karakter mulai dari keluarga, lembaga pendidikan dan masyarakat. Selain itu, nilai-nilai tentang kehidupan itu tidak cukup diajarkan saja akan tetapi harus dilaksanakan dalam kehidupan keseharian. ”Jika disinkronkan maka pendidikan akan berdampak positif,”ujar dia.
Pendiri Indonesia Heritage Foundation (IHF), Ratna Megawangi, menuturkan unsur terpenting dalam pendidikan karakter adalah mengalirkan nilai-nilai menjadi perilaku yang konsisten diajarkan dan diamalkan dalam kehidupan sehari-hari. Selain itu, pendidikan karakter harus melibatkan perasaan murid agar nurani, empati, dan simpati anak didik terbentuk. Dan, lingkungan sekolah harus dikondisikan untuk membangun karakter yang sesuai dengan tingkat kemampuan dan psikologi anak.
Ratna mengatakan, masa yang paling tepat menanamkan pendidikan karakter adalah usia dini. Meski demikian, diantara tantangan yang paling sulit ialah minimnya kesadaran baik dari pihak guru ataupun orangtua itu sendiri. Oleh karena itu, perlu pembekalan dan pemberian wawasan yang cukup tentang urgensi dan manfaat pendidikan karakter kepada guru dan orangtua.” Internalisasi inilah yang membuat citra lebih positif di mata dunia,”ucap dia optimis.
Pakar Psikologi Sosial, Yayah Khisbiyah, mengemukakan pendidikan karakter muncul sebagai jawaban atas persoalan yang muncul di tengah-tengah masyarakat seperti integritas yang lemah, menipisnya kebanggaan dan harga diri sebagai bangsa, kurang menghormati perbedaan, dan hilangnya kasih sayang antarsesama.
Pendidikan tersebut, tutur Yayah, harus mampu menggabungkan dua unsur penting yaitu unsur normatif dan implementasi. Disamping itu, diperlukan pendidikan kewarganegaraan dan pengembangan karakter. Hal ini bertujuan untuk membuat siswa mampu menyiapkan warga negara yang terlibat, kritis, dan mampu memberikan konstribusi ke negara.”Upaya ini juga harus didukung polecy dan kebijakan konstruktif dari pemerintah,” kata dia.
sumber: Republika.co.id
Posting Komentar untuk "Orang Tua Didorong Tekankan Pendidikan Karakter"